Mengendap-endap dia mendekati ruangan itu, tapi…’sialan’ katanya dalam hati, jendela itu yang bagian atasnya kaca bening tertutup tirai. Akalnya jalan, buru-buru dia ke menuruni bangunan itu menuju gudang, sapu dan engkrak itu ditaruhnya kemudian diambilnya sebuah kursi tinggi dan segera kembali ke tempat tadi. Dengan hati-hati dia menaiki kursi itu tanpa menimbulkan suara mencurigakan, melalui lubang angin lah dia boleh melihat sumber suara itu.
Mata Rozikin yang cekung ke dalam itu melotot menyaksikan apa yang dilihatnya. Di atas sofa, Pak Hamzah, pengajar sekaligus ketua jurusan arsitektur sedang mencumbui buah dada seorang Perempuan cantik. Si Perempuan duduk di pangkuannya dengan baju dan cup bra tersingkap ke atas, kepalanya menengadah dengan mata terpejam sesekali menjerit. Tangan Pak Hamzah memasuki rok Perempuan itu mengelusi paha putih mulusnya, sebentar kemudian tangannya keluar dari rok itu, kali ini beserta sebuah kain warna putih, oh rupanya dia menarik lepas pakaian dalam Perempuan itu. Si Perempuan juga menggerakkan kakinya membantu pakaian dalam itu lolos.
Setelah pakaian dalam itu jatuh ke lantai, Pak Hamzah melumat bibir mungil Perempuan itu, mereka saling kecup, lidahnya pun saling sedot, tangan Pak Hamzah meremasi buah dada montok Perempuan itu, sedangkan tangan Perempuan itu melingkari punggung Pak Hamzah. Mereka demikian hanyut dalam birahi sampai tak tahu sepasang mata sedang menintip mereka bahkan memotret mereka dengan camera phone. Sungguh kontras perbedaan keduanya, si Perempuan berwajah cantik dan berbadan putih langsing, sedangkan Pak Hamzah berbadan tambun dan berkulit sawo matang, rambutnya agak bergelombang dengan kumis di atas bibir tebalnya. Dari segi usianya, Pak Hamzah adalah duda berumur limapuluhan, sebaya dengan Rozikin, seusia dengan ayah si Perempuan itu.
Rupanya benar yang dikatakan kabar burung selama ini bahwa Pak Hamzah, bandot tua itu, memang boleh disogok dengan ‘daging mentah’ untuk mengkatrol nilai, dan hal ini berlaqu bagi pelajar yang punya modal kecantikan. Akal bulus Rozikin bekerja, kalo saja dia boleh mendekati bandot tua itu, tentunya dia mempunyai koneksi dari kalangan atas yang boleh melindunginya kalo sampai terjadi apa-apa, dengan kata lain ada backing, disamping itu juga dia mungkin boleh ikut menikmati target si bandot tua ini sekaligus memuluskan aksi gilanya. Sungguh rencana jangka panjang yang cemerlang, pengalaman masa mudanya di dunia hitam membentuk dirinya untuk berpikir cepat dan jitu. Dia pun turun dari kursi dan mengetuk pintu. Rozikin menunggu beberapa saat sebelum pintu terbuka, pastilah yang di dalam sana sedang kelabakan menutupi kejadiannya. Pak Hamzah keluar dari pintu sembari tersenyum menutupi kegugupannya.
Mella
“Eh, Pak Rozikin, ada apa nih, sorry ya tadi ada kerjaan yang tanggung, jadi nunggu lama nih !” katanya sembari keluar dan menutup pintu.
“Ooo…gapapa koq Pak Hamzah, harusnya kan aqu yang bilang sorry karena udah ngeganggu kalian”
Kata terakhir itulah yang membuat raut wajah Pak Hamzah berubah tak boleh lagi menyembunyikan rasa bersalahnya. ‘Kalian’ ini berarti penjaga kampus itu telah mengetahui bukan cuma dia sendiri di dalam officenya, ditambah dia juga melihat kursi tinggi ketika menoleh ke samping.
“Ahaha…Pak Rozikin ini, anda…!” katanya masih berusaha berkelit
“Tenang aja Pak Hamzah kita ini kan sama-sama lelaki, aqu ga akan mempersulit atahu memeras anda koq, malah aqu ada penawaran menarik buat anda !” Rozikin memotong kata-kata Pak Hamzah dan meletakkan tangannya di pundak lelaki tambun itu.
“Maksud anda ?” tanyanya lagi.
Rozikin merangkul pundak Pak Hamzah dan menjelaskan tentang kerjasama yang ditawarkan, dengan kelicikannya dirinya boleh menjebak dan menarik perempuan yang dia inginkan untuk menjadi budak seksnya, dan dengan kuasanya Pak Hamzah boleh membacking dirinya seandainya satu hari nanti ada situasi darurat, dan juga memberi bantuan informasi mengenai profil targetnya seperti target dan nomor yang dihubungi.
Senyum kembali mengembang dari wajah Pak Hamzah, ini namanya simbiosis mutualisme atahu hubungan saling menguntungkan namanya, begitu pikir Pak Hamzah, berarti dia boleh mencicipi Perempuan-Perempuan lain di luar faqultas arsitektur juga, menyediakan informasi dan melindungi baginya masalah kecil mengingat posisinya cukup terpandang di kampus itu.
“Pak Rozikin hehehe…tahu gini kenapa ga cari aqu dari dulu hehehe !”
Mereka tertawa-tawa dan berjabat tangan tanda terjalinnya suatu persekongkolan jahat yang akan menghantui setiap Perempuan-Perempuan cantik di kampus itu.
“Pak, sekarang itu perempuan di dalam gimana, kasian tuh nunggu lama dia !” kata Rozikin
“Ok deh, biar aqu omong ke dia biar kita nikmati bersama, tapi janji yah, besok kasih aqu nyicipin hasil anda !” ujar Pak Hamzah dengan antusias.
“Beres deh Pak, pokoqnya aqu jamin Bapak juga seneng koq !”
Merekapun masuk ke dalam, Pak Hamzah memanggil Perempuan itu keluar dari persembunyiannya di bawah meja kerja. Dia sempat terkejut melihat ada orang lain yang ikut masuk.
“Sorry ya Mell, mari aqu jelaskan sebentar…” Pak Hamzah menjelaskan masalahnya dan meyakinkannya agar tak perlu kuatir skandal ini terbongkar dengan jaminan jabatannya.
Perempuan itu kemudian dikenalkannya pada Rozikin. Dia bernama Mella, 21 tahun, seorang Perempuan indo bule dengan tinggi 167 cm, berat 49 kg dan berdada 34C, lekuk badannya indah bak biola ditunjang kaki yang panjang dan mulus, rambutnya berwarna kemerahan sebahu, wajahnya pun cantik apalagi saat itu dia pakau soft lens hijau. Terlepas dari itu semua dia adalah pelajar yang dikenal bispak dan tukang gonta-ganti pasangan. Karena nilai UTS nya yang jeblok, dia nekad menggadaikan badannya ke bandot tua yang kebetulan mengajar mata kuliah yang itu dengan tujuan memperbaiki nilainya. Mella awalnya merasa risih harus melayani orang rendahan seperti Rozikin, ditambah lagi tatapan mata Rozikin yang penuh sirat kebokepan. Dia kemudian disuruh duduk di sofa diapit kedua lelaki itu. Rozikin menatap kagum bentuk badan Mella yang ideal yang terbungkus baju kuning ketat dengan bawahan rok putih yang menggantung 5cm diatas lutut, pentilnya nampak tercetak karena tak sempat membetulkan letak bra-nya yang tersingkap waktu Rozikin tiba tadi.
Rozikin mulai membelai lengan mulus Mella sehingga membuatnya merinding, di sebelah kanannya Pak Hamzah juga kembali merangkul badannya. Lengannya yang gempal masuk lewat bawah bajunya dan mencaplok buah dadanya. Pak Hamzah mencaplok bibir Mella dan melaqukan French kiss yang panas. Mella sendiri makin naik gairahnya karena remasan Pak Hamzah pada buah dadanya dan di sebelahnya Rozikin juga sudah memegang pentilnya dengan dua jari dari luar baju ketatnya, gelorabirahi.com kemudian dia menunduk mengisap pentil itu sehingga liurnya membekas di baju kuning itu. Mella dengan pasrah merenggangkan pahanya ketika tangan Rozikin menjalar ke sana, birahinya yang belum tuntas membuatnya menerima kehadiran tamu tak diundang itu.
“Eemmhh…mmmhh !” terdengar lenguhan nafasnya di sela-sela ciuman ketika Rozikin menyentuh bagian kemaluannya yang sudah tak tertutup pakaian dalam.
Rozikin mengangkat kaki kiri Mella ke sofa sehingga pahanya terbuka dan menampakkan kemaluannya yang berbulu jarang. Tak puas cuma memainkan pentil itu dari luar, disingkapnya baju Perempuan itu mengeluarkan buah dadanya, segera terlihat jempol Pak Hamzah sedang menggosok-gosok pentil kanannya. Rozikin memainkan kemaluan Mella dengan dua jari sembari mengenyot buah dada kirinya, sedangkan tangan satunya mengelusi pahanya.
Tanpa melepas ciuman, tangan Mella meraih selangkangan Pak Hamzah dari luar pakaiannya. Dipijatnya bagian yang sudah menggelembung itu dengan lembut.
“Hehehe…udah gatel yah Mell, bentar yah Bapak buka dulu !” Pak Hamzah melepas ciuman untuk membuka pakaiannya.
Mella tertegun melihat kemaluan Pak Hamzah yang panjangnya sekitar 17cm, hitam dan mengacung diantara pahanya yang besar dan berbulu. Saat itu Rozikin juga menarik lepas rok yang dikenakan Mella disusul melucuti pakaiannya sendiri hingga bugil. Perhatiannya beralih sejenak dari kemaluan Pak Hamzah ke badan Rozikin yang lebih berotot dengan bekas luka di dadanya, kulitnya hitam kasar karena sering mengerjakan pekerjaan keras dan dimakan usia, panjang kemaluannya tak beda jauh dari Pak Hamzah, tapi lebih gagah dan keras, terlihat dari guratan-guratan urat di sekitarnya. Belum ditusuk Mella sudah merasa dirinya luluh lantak tersugesti oleh apa yang dibayangkannya sendiri.
Mella disuruh menungging di sofa, tangannya menggenggam kemaluan Pak Hamzah dan mulai menjilati kepala kemaluannya sesuai permintaan lelaki itu. Sembari mengoral Mella merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, rupanya Rozikin sedang menjilati bongkahan pantatnya yang montok. Badan Mella menggelinjang, apalagi waktu mulut Rozikin bertemu dengan kemaluannya, lidah itu beraksi dengan brutal di daerah itu membuatnya makin becek.
“Diisep Mell !” perintah Pak Hamzah yang langsung dituruti Mella dengan memasukkan kemaluan itu ke mulutnya, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada kemaluan itu.
Pak Hamzah melenguh nikmat merasakan hisapan Mella yang profesional itu, tangannya menjulur ke bawah meraih buah dadanya yang menggantung. Kini titik-titik sensitif badannya diserang habis-habolehn. Rozikin menyedot kemaluannya hingga mengeluarkan suara-suara ciuman. Kenikmatan itu diekspresikan Mella dengan makin bersemangat mengulum kemaluan Pak Hamzah, jeritan halus terdengar di sela-sela oral seksnya.
Sedangkan wajah Rozikin makin terbenam diantara bulu kemaluan Mella, dengan jarinya dibukanya bibir kemaluan itu memperlihatkan bagian dalamnya yang merah basah. Dia kemudian menjilati klitorisnya dengan raqus. Mella makin menggelinjang dan menggoyangkan pantatnya akibat sensasi yang ditimbulkannya. Rozikin sangat menikmati kemaluan itu sembari menggeram-geram penuh birahi.
“Yeeaahh…enak, wangi Non, sslluurrpp…sssrrpp !!”
“Oohh…iyahhh…terus Mell, enak banget…emut terus !” Pak Hamzah juga blingsatan karena hisapan Mella, dia meremasi rambut Perempuan itu sesekali juga buah dadanya.
Tiba-tiba Mella menghentikan hisapannya dan mengerang tertahan, dia lepaskan sejenak kemaluan Pak Hamzah dari mulutnya. Wajahnya meringis karena di belakang sana Rozikin mendorong kemaluannya ke kemaluannya.
“Uuhhh…pelan-pelan Pak, oohh…oohh…!!” rintihnya dengan menengok ke belakang melihat kemaluan itu pelan-pelan memasuki kemaluannya.
Mella merasakan kemaluannya penuh sesak oleh kemaluan itu, benda itu bahkan menyentuh dinding rahimnya. Melayani orang seusia Rozikin memang bukan yang pertama kali, karena pernah juga dia 2-3 kali melayani om-om setengah baya dengan bayaran tujuh digit, tapi mereka tak seperkasa yang satu ini, Pak Hamzah yang sedang dia oral pun kemaluannya tak sekeras dan sepadat Rozikin.
Rozikin mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur, gesekan-gesekan nikmat langsung terasa baik oleh yang si penusuk maupun yang ditusuk. Mella menggelinjang nikmat, badannya melengkung ke belakang, mulutnya mengeluarkan erangan. Erangan Mella kemudian teredam karena Pak Hamzah menekan kepalanya dan menyuruhnya mengoral kemaluannya kembali. Mella pun mencoba kembali berkonsentrasi pada kemaluan Pak Hamzah di tengah sodokan-sodokan Rozikin yang makin kencang.
“Pelan-pelan aja toh Pak Rozikin, ntar anu aqu kegigit gimana ?” himbau Pak Hamzah melihat Mella agak kesulitan mengoral kemaluannya karena badannya berguncang terkemudian hebat.
“Huehehe…sorry deh Pak, keenakan sih sampe lupa, ini aqu turunin giginya deh !” Rozikin terkekeh kemudian mulai mengurangi sedikit kecepatannya.
Dengan begitu Mella boleh lebih nyaman melayani kemaluan Pak Hamzah sembari mengimbangi gerakan Rozikin. Mella mengkombinasikan hisapan dengan kocokan dan belaian pada batang dan puah pelir Pak Hamzah.
Lelaki itu merem-melek menikmati pelayanan Perempuan itu, tak lama kemudian dia merasa sudah mau keluar, kemaluannya berdenyut-denyut makin cepat sehingga dia menggeram, dan akhirnya cret…cret…muncratlah air maninya ketika Mella sedang mengocok sembari menjilatinya. Cairan putih kental itu membasahi wajah dan tangannya, kemudian Mella kembali memasukkan benda itu ke mulutnya sehingga semprotan berikutnya tertelan olehnya, dihisapnya dengan bergairah sampai batang itu berangsur-angsur berkurang ketegangannya, lidahnya membersihkan benda itu sampai benar-benar bersih.
Kemudian Mella melepaskan hisapannya dan wajahnya terangkat, tapi tangannya masih menggenggam batang kemaluan itu, nampak dia menggerakkan lidah menjilati air mani di sekitar bibirnya. Pak Hamzah bersandar lemas pada sofa setelah mencapai klimaksnya, dia membuka bajunya sendiri karena kepanasan sehingga perutnya yang bulat dengan dada yang sedikit berbulu itu terlihat. Badan hitam kedua lelaki itu terlihat kontras dengan badan Mella yang putih mulus. Di badan Mella sendiri kini hanya tersisa bra dan bajunya yang sudah tersingkap.
Di belakang sana, Rozikin kembali menaikkan tempo genjotannya, tangannya yang tadi cuma berpegangan pada pinggangnya menjalar ke depan meremasi dua buah dadanya.
“Oooohhh…aaahhh….eehhmm…Pak !” suara lirih keluar dari mulut Perempuan itu setiap kali Rozikin menyodok-nyodokkan kemaluannya.
Cairan pelumas dari kemaluan Mella makin banyak sehingga kemaluan Rozikin yang sedang keluar-masuk di sana makin lancer. Perasaan nikmat menjalari badannya hingga akhirnya membobolkan pertahanannya. Badannya mulai mengejang seiring nafasnya yang makin memburu. Sebuah erangan panjang menandai klimaksnya. Serangan Rozikin makin brutal dan dia menyusul ke puncak beberapa menit kemudian. Air maninya yang hangat mengisi liang kemaluannya, dia melenguh melepaskan cairan itu serta mendekap erat badan Mella hingga jatuh telungkup menindihnya. Setelah klimaksnya reda, Rozikin beringsut dan duduk di posisinya semula. Mella masih telungkup dengan satu kaki menjuntai ke lantai, keringat membasahi badan dan wajahnya, dari selangkangannya cairan itu meleleh membasahi daerah itu juga sofa kulit di bawahnya.
Pak Hamzah mengangkat lengan Mella dan menyandarkan punggungnya ke sofa, dengan tissue disekanya ceceran air mani di wajah Perempuan itu. Dengan tenaganya yang mulai pulih, Mella meraih tas kecil yang dia letakkan di meja dekat situ, diambilnya sebungkus tissue basah untuk mengelap wajahnya agar lebih bersih dan mengurangi aroma air mani itu. Pak Hamzah rupanya sudah ingin mencoba kemaluan Mella, disuruhnya Mella tidur telentang di sofa dan langsung dituruti tanpa disuruh kedua kali. Rozikin menawarkan pahanya pada Mella untuk bersandar, sehingga dia pun boleh mendekap badannya. Setelah posisinya pas, Pak Hamzah merenggangkan kedua belah paha Mella dan menempelkan ujung kemaluannya pada bibir kemaluan Mella.
“Ooohh…!” jerit Mella dengan badan bergetar ketika kemaluan Pak Hamzah mulai memasukinya.
Tangannya meraih telapak tangan Rozikin dan meletakkannya di buah dadanya seakan-akan meminta diremasi. Perlahan Pak Hamzah mulai memaju-mundurkan pantatnya, di sisi lain Rozikin mendekap badan Mella sembari menggerayangi buah dadanya, pentilnya dia cubit pelan, sesekali digosok-gosokkannya jarinya di sana, sesekali mulutnya juga nyosor melumatnya sehingga benda itu makin mengeras.
“Enak yah Non, kapan nih pertama kali bercinta ?” tanya Rozikin dekat telinganya tanpa melepas tangannya dari buah dadanya.
“Dulu di…sma…hhhmmmhh…enam…aah…belas tahun !” jawabnya dengan lirih
“Sekarang udah ada pasangan Non ?” tanyanya lagi sembari memelintir pentilnya.
“Lagi ngga…aahhh…aahh…iyah Pak…enak !”
Rozikin mengakhiri pertanyaannya dengan memagut bibir Mella, dicumbunya Perempuan itu dengan penuh gairah, Demikian halnya dengan Mella yang tengah dilanda birahi, dia tak kalah seru membalas serangan mulut Rozikin sampai terdengar suara-suara kecupan disamping jeritan yang teredam, lidah Rozikin yang tebal dan kasar menyapu segenap rongga mulut Mella, air liur nampak menetes dari sudut bibir keduanya. Pak Hamzah terus menggenjoti kemaluan Mella sembari menggumam tak jelas, terkadang dia melaqukan gerakan memutar sehingga Mella merasa kemaluannya diaduk-aduk. Setelah puas berciuman, Rozikin kemudian menarik lepas baju dan bra Mella yang sudah terangkat hingga tak sehelai kain pun tersisa di badannya.
Rozikin bergeser sedikit sehingga boleh mengarahkan kemaluannya yang sudah mengeras lagi ke mulut Mella.
“Ayo Neng, servis mulutnya dong !” pintanya.
Mella pun mulai menggenggam kemaluan itu dan mendekatkan mulutnya. Gila perkasa banget, keras dan urat-uratnya nonjol gini, demikian kata Mella dalam hati, diam-diam dia mengagumi keperkasaan kemaluan Rozikin yang barusan mengocok kemaluannya. Batang itu sedikit lengket karena masih berlumur air mani dan cairan kemaluannya yang hampir kering. Mella membuka mulut selebar mungkin untuk memasukkan benda itu yang tak muat seluruhnya di mulutnya yang kecil. Kemudian dia mulai mengisapnya sembari mengocok pangkalnya yang tak masuk mulut dengan tangannya.
Kurang dari lima menit Rozikin menyudahi oral seks itu, kini dia menaiki dada Mella dan menjepitkan kemaluannya yang basah diantara kedua gunung kembar itu. Buah dada Mella yang bulat montok itu rupanya menggoda Rozikin untuk mencoba ‘breast fucking’, digesek-gesekkannya kemaluannya diantara himpitan buah dadanya. Terkadang Mella mengerang dan meringis menahan sakit karena Rozikin melaqukannya dengan brutal, belum lagi sodokan-sodokan Pak Hamzah pada kemaluannya.
Pak Hamzah makin mendekati puncak kenikmatan, genjotannya makin cepat dan mulutnya makin menceracau. Hal serupa juga dialami Mella yang syaraf-syaraf pada organ keperempuanannya bereaksi makin dahsyat mengirimkan sensasi nikmat ke seluruh badannya. Keduanya pun mencapai klimaks berbarengan, sekali lagi cairan air mani mengisi kemaluannya, sampai meluber sebagian melalui pinggir bibir kemaluannya. Rozikin yang sedang bergumul diatas dadanya bagaikan cowboy yang sedang main rodeo di atas badan Mella yang terlonjak-lonjak diterpa klimaks. Tak lama kemudian air maninya menyemprot ke wajah dan dadanya. Setelah semprotannya reda, Rozikin menempelkan kemaluannya ke bibir Mella. Tahu apa yang harus dilaqukan, Mella pun menjilati kemaluan itu hingga bersih dan membersihkan sisa-sisa air maninya.Kedua hidung belang itu bersandar lemas pada sofa, Mella juga terbaring melepas lelah sembari mengelap air mani di dadanya dengan jari dan dia jarinya menikmati ceceran air mani itu. Acara hari itu usai sampai disitu, Pak Hamzah menyuruh Mella tiba lagi keesokan harinya atas permintaan Rozikin, Rozikin pun berjanji menawarkan salah satu ‘budak’nya untuk dicicipi pengajar bejat itu.
Malam hari itu sekitar jam delapan, sebuah SMS berbunyi ‘besok di lt3 tiga bangunan D, jam empat sore’ masuk ke ponsel Shena, Perempuan yang pernah diperkosa Rozikin di sebuah kelas kosong bersama sopirnya (eps. 3). Dia meneguk ludah, pasrah dengan nasibnya karena tak ada pilihan lain baginya dibawah intimidasi Rozikin terhadapnya, juga dia khawatir keselamatan pasangannya yang sangat dia sayangi kalo tak menuruti kemauan bajingan itu. Memang sebuah dilema baginya, tapi tak boleh disangkal dirinya juga mulai menikmati diperkosa oleh Rozikin dengan gayanya yang liar itu. Selanjutnya diapun mengirim SMS pada temannya yang berencana akan ke kafe keesokan harinya untuk berangkat duluan, dia akan menyusul belakangan karena ada urusan keluarga.
Dalam tidurnya dia bermimpi menemukan dirinya dalam sebuah ruangan dengan hanya memakai bra dan pakaian dalam. Tiba-tiba sepasang lengan koqoh mendekapnya dari belakang, dia tak boleh melihat wajahnya karena suasana yang remang-remang, yang jelas tangan itu mulai menggerayangi badannya. Kemudian di hadapannya muncul dua sosok lain dari keremangan itu. Wajah mereka mulai terlihat jelas, yang satunya berbadan kurus dengan kumis tipis, yang lain badannya lebih berisi dengan bekas luka di dada, keduanya cuma berpakaian dalam. Dia meronta dan menjerit mengetahui orang itu adalah bekas sopirnya yang menggaulinya habis-habolehn sebelum pergi, sedangkan yang satu lagi tak lain si maniak pemerkosa di kampusnya.
Keduanya terkekeh-kekeh melepas pakaian dalam mereka mengeluarkan kemaluan mereka yang sudah tegang. Mata mereka memandang nanar pada badan mulus yang hanya terbungkus pakaian dalam itu. Tangan gempal dari belakangnya menyusup ke cup branya dan bersentuhan dengan kulitnya. Kemudian kedua orang di hadapannya menarik robek pakaian dalamnya, tangan-tangan kasar itu berkeliaran di sekujur badannya dan membuatnya menggelinjang hebat. Diapun terbangun dengan badan berkeringat dan selangkangannya sedikit basah. Jam telah menunjukkan pukul tiga dinihari, setelah meminum seteguk air, akhirnya dengan susah payah dia tertidur lagi.
Keesokan harinya, setelah usai main basket Shena menaruh barang-barangnya di mobil tanpa salin terlebih dahulu. gelorabirahi.com Dengan langkah berat diapun menuju bangunan D dengan pakaian timnya berupa baju putih agak longgar dan pakaian pendek ketat yang memperlihatkan paha jenjangnya. Rambutnya diikat ke belakang agar tak terkemudian panas setelah berolahraga. Di bangunan D tinggal sedikit orang disana, disana tak ada lift karena tempat itu memang bangunan lama dan lantainya memang hanya tiga. Makin berjalan ke atas makin sepi saja rasanya, ketika menaiki tangga lantai dua menuju ke tiga dia diterkejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk pantatnya.
“Huh…jaga dong sikapnya Pak, ini kan tempat umum !” gerutu Shena dengan kesal.
“Hehehe…begitu aja marah ah !” katanya santai
“yuk kita keatas, udah ditunggu tuh !”
“Hah, apa Bapak bilang ? ditunggu ?” Shena terkesiap
“aqu emang salah apa ? koq Bapak malah buka mulut sih !” suaranya meninggi karena marah.
“Lha, Non kan sukanya rame-rame, seperti waktu sama sopir Non itu kan, jangan sewot gitu dong !”
“Tapi kan Bapak janji ga bakal ngebuka rahasia, tapi koq gini sih !” Shena tambah kesal
“Heh-heh, katanya ini tempat umum koq sendirinya omong keras-keras, mau ketahuan apa?” timpal Rozikin “hayo mau ke atas ga, tambah seorang aja koq, atahu mau yang lain juga ikutan tahu” ancamnya
Tanpa ada pilihan lain, akhirnya Shena pun mengikutinya ke atas. Walaupun kesal, tapi sisi lain dirinya juga mulai menyenangi dikeroyok seperti waktu itu, dan sekaranglah dia akan kembali mengalaminya. Rozikin mengetuk pintu kelas Pak Hamzah dan terdengar suara dari dalam mempersilahkan masuk.
“Nah, ini nih Pak perempuan yang aqu janjiin kemarin, sip kan !?”
Wajah Shena merah padam mendengar ocehan Rozikin, serendah itukah dirinya, seperti seorang pelacur yang sedang dipromosikan oleh germonya saja.
“Ini gila, aqu ini anak dari keluarga baik-baik, punya cowok yang baik, bajingan inilah yang menyeretku ke dalam lembah nista ini, tapi koq aqu malah bergairah diperlaqukan tak senonoh gini” Shena bergumul dalam hatinya.
Pak Hamzah menatapinya sejenak dari bawah sampai atas, kemudian mempersilakannya duduk. Shena yang masih canggung menurutinya setelah diberi syarat gerakan mata oleh Rozikin. Pak Hamzah berbasa-basi dulu dengan menanyakan nama, kuliah di faqultas apa, dan bagaimana studinya. Shena merasa tak nyaman dengan tatapan lelaki itu yang seakan menelanjangainya sehingga selama diajak ngobrol dia agak nervous.
“Habis main basket ya ?” tanyanya lagi yang dijawab dengan anggukan “Minum dulu ya, biar segar !” katanya sembari bangkit ke arah dispenser dekat situ dan mengisi sebuah gelas kecil.
Shena menerima gelas yang disodorkan Pak Hamzah seraya mengucapkan terima kasih. Diminumnya air itu beberapa teguk. Kemudian tangan Pak Hamzah memegang tenguknya serta memijatnya pelan. Hal itu membuat bulu kuduknya merinding karena tangan itu juga mengelusi lehernya.
“Gimana udah lebih enakan sekarang ?” tanyanya sembari terus memberikan pemanasan melalui pijatannya.
Shena terdiam tak mampu menjawab apapun, pijatan lembut pada pundak dan lehernya itu membuatnya merasa nyaman sehabis berolahraga barusan sekaligus membangkitkan gairahnya.
“Wah, badannya keringatan gini, dibuka aja bajunya biar ga gerah ya !” ucapnya kalem
Mungkin karena bagusnya foreplay Pak Hamzah, Shena tak mampu menolaknya, malahan dia mengangkat sendiri tangannya membiarkan baju timnya dilucuti lelaki itu sampai terlihat badannya yang indah dengan perut rata dan buah dada yang masih tertutup bra krem.
Pak Hamzah memandang kagum akan keindahan badan Shena yang akan dia nikmati sebentar lagi. Dia tak ingin menikmatinya terburu-buru agar lebih terasa enaknya.
“Pakaiannya sekalian yah Sher !” katanya lagi sembari merunduk meraih bagian pinggang pakaian sport itu.
Seperti sebelumnya, kali ini pun dia pasrah pakaian itu diloloskan lewat kedua kakinya sehingga kini di badannya hanya tersisa satu stel pakaian dalam warna krem dan baju kaki dan sepatu basket. Dia menyilangkan lengan ke dada dengan wajah memerah karena malu. Rozikin sejak masuk tadi masih duduk di sofa memperhatikan Perempuan itu diwawancarai hingga dikerjai seperti sekarang, wajahnya terlihat nyengir-nyengir memperhatikan adegan itu. Pak Hamzah menarik lepas ikat rambut Shena hingga rambutnya terurai hingga bahunya.
“Wah…wah, bener-bener kaya bidadari, Pak Rozikin ini pinter milih ya !” sahutnya mengagumi kecantikan Shena “coba berdiri Sher, ayo jangan malu-malu”
Dia melihat badan Perempuan itu tanpa berkedip, kemudian mulai mengelus pipinya, tangannya, elusannya terus turun hingga menyusup lewat atas pakaian dalamnya.
Shena menggigit bibir sembari memegangi lengan Pak Hamzah yang memasuki pakaian dalamnya, tapi hanya sekedar memegangi bukannya menahan. Kata-kata penolakan Perempuan itu yang hanya retorika belaka malah membuat Pak Hamzah makin gemas dengannya. Tangan itu mulai membelai permukaan kemaluan yang ditumbuhi bulu-bulu lebat itu, makin jauh menyentuh bibir kemaluannya.
“Sshhhh…eemmhh !!” akhirnya Shena pun tak sanggup lagi menahan jeritannya
Dengan gairah sudah diubun-ubun, Pak Hamzah langsung memeluk Perempuan itu dan menyerbu bibirnya. Lidahnya menyeruak masuk ke mulutnya yang terbuka ketika menjerit. Jari-jari Pak Hamzah mulai terasa memasuki kemaluannya dan bergerak liar seperti ular sehingga menyebabkan daerah itu makin becek. Erangan tertahan terdengar dari antara percumbuan yang panas itu. Puas berciuman, Pak Hamzah kembali mendudukkan Shena di kursi tadi, kemudian di depan Perempuan itu dia membuka pakaiannya, burungnya yang sudah bangun tadi seakan meloncat dari sangkarnya begitu dia menurunkan pakaian dalamnya. Shena terhenyak melihat benda yang mengacung tegak mengarah ke wajahnya itu.
Pak Hamzah meraih kepala Shena sembari tangan yang satunya menggenggam kemaluannya dan mendekatkan ke mulutnya.
“Ayo, diemut yah !” pintanya.
Dengan pasrah Shena mulai menggenggam kemaluan itu dengan tangan bergetar, mulutnya dia buka untuk memasukkan batang itu. Lelaki tambun itu menggeram nikmat merasakan kuluman Shena dan permainan lidahnya. Sekitar tiga menitan dia mengoral Pak Hamzah, terdengarlah ketukan di pintu, semua di kelas itu diam dengan mata memandang ke pintu.
“Gapapa…Non Mella koq !” Rozikin memberitahu setelah mengintip lewat tirai.
“Siapa Pak !” Shena nampak bingung dan mengambil pakaiannya yang tercecer untuk menutupi badannya
“Aah…tenang aja Sher, ntar kamu juga kenalan koq, udah ini taro lagi deh !” kata Pak Hamzah seraya mengambil baju dari tangan Perempuan itu.
Mella agak terkejut ketika melihat di kelas itu ada Perempuan lain yang hanya berpakaian dalam dan pengajarnya dengan pakaian sudah melorot itu.
“Dia kesini mau ngeramein suasana, tenang aja aman koq !” Rozikin menjelaskan pada Mella.
Sedangkan itu Pak Hamzah kembali mengeluarkan kemaluannya dan medekatkannya ke mulut Shena. Karena waktu itu Shena masih merasa risih, Pak Hamzah menjejalkannya ke mulut dengan setengah paksa.
“Ayoh…gapapa koq, jangan malu-malu gitu !” katanya.
Dari belakang, Rozikin memeluk pinggang Mella yang masih terbengong menyaksikan kelaquan pengajarnya itu. Diciumnya leher jenjang Mella sehingga bulu kuduknya merinding dan makin horny. Tangannya dengan lincah melepas sabuk dan membuka resleting Perempuan itu, maka meluncur jatuhlah pakaian jeans panjang itu memperlihatkan keindahan sepasang paha mulus dibaliknya serta pakaian dalam G-string yang seksi. Telapak tangan Rozikin menyelinap ke balik pakaian dalam itu dan memegang kemaluannya. Badan Mella bergetar dan matanya terpejam menahan nikmat terlebih ketika jari-jari Rozikin menggosok bibir kemaluannya.
Hembusan nafas dan ciuman Rozikin pada telinganya membuat gairahnya makin naik. Kemudian dia mengangkat tangannya dan melingkarkan ke belakang kepalanya. Wajahnya menengok ke samping dan langsung menboleh pagutan panas dari Rozikin. Sembari berciuman, Rozikin menggerakkan tangan satunya menyingkap baju ‘NEXT’ tanpa lengan yang dikenakan Mella. Tangannya pun mulai menggerayangi badan bagian atasnya hingga akhirnya menyusup ke cup bra kanannya.
“Eemmpphhh…mmm !” jerit Mella tertahan setiap kali Rozikin mengorek liang kemaluannya dengan jarinya atahu mempermainkan pentilnya.
Sedangkan di hadapan mereka, Pak Hamzah sudah menghentikan oral seks bersama Shena. Sekarang lelaki tambun itu sedang duduk memangku Shena yang tinggal memakai pakaian dalamnya saja sembari menyusu dari buah dadanya. Tangan satunya menopang badan Shena dan tangan lainnya bergerilya menyusuri keindahan badannya. Pipi lelaki itu sampai kempot menyedot pentil Shena, sepertinya dia sangat gemas dengan buah dada Shena yang putih montok dengan pentil kemerahan itu. Shena sendiri nampak menjerit nikmat dengan kepala menengadah dan mata terpejam.
Rozikin menggiring Mella ke sofa tempat kemarin bertarung, dia melepas pakaian karyawannya hingga bugil memperlihatkan kemaluannya yang sudah mengeras itu. Kemudian dia naik ke sofa menindih badan Mella, kembali dia mencumbunya dengan brutal, keduanya berpelukan erat sembari memainkan lidah masing-masing. Berbeda dengan target Rozikin lainnya yang umumnya harus ditaklukkan dengan cara paksa, Mella nampaknya ok-ok saja melayani si penjaga kampus ini, bahkan cukup antusias. Dengan predikat sebagai Perempuan nakal semua itu tentu hanya sekedar tambah pengalaman baginya. Dari bibir ciuman Rozikin merambat turun sembari lidahnya menjilati leher dan pundaknya hingga ke buah dadanya yang sudah keluar dari cup branya. Terlebih dulu Rozikin melepaskan bajunya yang sudah tersingkap, selanjutnya dia keluarkan buah dada yang satunya dari cupnya. Bra itu tetap melingkar di dadanya, hanya saja cupnya sudah dipeloroti. Mulut Rozikin mengenyoti kedua gunung itu secara bergantian, daerah itu jadi basah oleh ludahnya.
“Aahh…ahhh…mmmhh !” jerit Mella sembari meremasi rambut Rozikin.
Tangan Rozikin turun ke bawah memeloroti pakaian dalam G-string itu perlahan-lahan sembari mengelusi pahanya hingga pakaian itu pun akhirnya terlepas tapi masih nyangkut di kaki kiri Mella.
Tak jauh dari situ, nampak Shena yang duduk di tepi meja kerja dengan Pak Hamzah masih duduk di kursi tadi dengan kepala terbenam di selangkangan Perempuan itu. Lidah Pak Hamzah menari-nari menyapu dinding kemaluan Shena, terkadang juga menyentuh klitorisnya. Tangan kirinya menjulur ke atas memijati buah dada kirinya, sedangkan tangan kanannya mengelusi paha dan pantatnya, sesekali juga ikut memainkan jarinya pada kemaluannya. Sebentar saja badan Shena sudah menegang.
“Oohh…Pak, aaahh !” kedua paha mulusnya makin menghimpit wajah Pak Hamzah.
Pak Hamzah dengan raqus menyedoti cairan cintanya sampai terdengar bunyi menyeruput. Setelah itu dia bangkit berdiri di depan Shena yang masih duduk di tepi meja, kaki kanannya dia buka lebih lebar dan diarahkannya kepala kemaluannya ke kemaluan Shena. Dia kemudian menekan kemaluannya pada kemaluan Shena yang sudah becek itu. Shena tersentak ketika batang itu menyeruak masuk dengan agak kasar ke dalam kemaluannya, terasa sekali benda itu menggesek dinding kemaluannya yang penuh lendir.
“Aaww…aagghh !” jeritnya dengan badan tertekuk ke atas.
Lelaki tambun itu menyebadaninya dengan brutal sehingga buah dada Shena nampak tergoncang-goncang seirama hentakan badannya. Matanya merem-melek merasakan tusukan kemaluan Pak Hamzah yang tiba bertubi-tubi. Dia mengarahkan pandangannya ke depan dan dilihatnya wajah lebar berkumis itu sedang menatapnya dengan takjub. Lelaki itu terus menyebadaninya sembari berpegangan pada kedua pahanya. Shena melingkarkan tangan kirinya ke leher Pak Hamzah dan tangan kanannya bertumpu di meja.
“Ah…iyah Pak…aahh-ah-terus !” Shena menceracau demikian secara refleks.
Sebuah benda basah yang hangat mendadak terasa menggelitik telinganya, rupanya Pak Hamzah sedang menjilati daerah itu. Jilatan dan hembusan nafasnya di sana membuat gairahnya makin meledak-ledak. Selanjutnya bibir Pak Hamzah bergeser ke pipinya, sapuan kumisnya terasa pada wajahnya yang halus hingga bertemu dengan bibir Shena yang tipis. Jeritannya pun teredam karena mulutnya dilumat oleh Pak Hamzah. Mulut Pak Hamzah yang lebar itu seolah-oleh ingin menelan Shena, lidahnya yang kasap itu menjelajahi rongga mulutnya membuatnya agak gelagapan.
Di atas sofa, badan Mella terbaring dengan kepala bersandar pada sandaran tangan, satu-satunya pakaian yang tersisa di badannya hanya bra yang cupnya sudah diturunkan, Rozikin yang menindihnya menaik-turunkan badannya sembari menciumi lehernya. Rasa nikmat itu diungkapkan Mella lewat jeritannya, sesekali dia menggigiti jarinya sendiri, kedua tungkainya melingkari pinggang Rozikin seolah meminta ditusuk lebih dalam lagi. Rozikin meningkatkan frekuensi genjotannya sembari melenguh nikmat merasakan seretnya kemaluan yang menghimpit kemaluannya. Duapuluh menit berkemudian, Rozikin kini mengubah gayanya. Badan Mella dia baringkan menyamping, paha kirinya dia angkat ke bahu, kemudian kemaluannya kembali memasuki kemaluannya lewat samping. Dengan begini kemaluan itu boleh melaqukan penetrasi lebih dalam.
Rozikin melanjutkan genjotannya dan meraih sebuah buah dadanya, diremasnya benda itu dengan gemas sehingga pemiliknya merintih. Badan Mella maupun Rozikin sudah berkeringat, keduanya saling memacu badannya masing-masing. Di ambang klimaks Rozikin makin brutal menyodoki Mella yang klimaks tak lama kemudian, dia menggeram panjang kemudian mencabut kemaluannya dan, crot…crot…isi kemaluan itu berceceran di perut Mella.
Kembali kita menengok Shena dan Pak Hamzah di meja kerja. Mereka kini sedang dalam gaya berdiri, Shena berpegangan pada tepi meja, dia tinggal memakai baju kaki dan sepatu olahraganya saja, sedangkan Pak Hamzah menyodoki kemaluannya dari belakang. Sebelumnya Shena sudah mencapai klimaks sewaktu posisi duduk di meja, sisa-sisa cairan klimaks itu masih nampak membasahi pinggir meja. Kedua tangan Pak Hamzah mendekap dadanya, telapak tangannya menggerayangi kedua buah dada yang bergoyang-goyang itu. Shena jadi teringat mimpinya semalam, tangan yang sedang bermain di buah dadanya berjari-jari besar, persis dalam mimpinya itu, apakah mimpi itu suatu pertanda, apakah merupakan sebuah peringatan, demikian yang berkecamuk dalam pikirannya.
Lamunan itu terhenti ketika ada suatu sensasi dahsyat mengalir dalam badannya, makin terasa hingga akhirnya badannya mengejang hebat, dan cairan kemaluannya sekali lagi membasahi selangkangannya, posisinya yang sedang berdiri membuat cairan itu meleleh ke pahanya. Bersamaan dengan itu juga terasa cairan hangat mengisi kemaluannya. Pak Hamzah yang telah klimaks terus memompa Shena dengan kecepatan makin menurun, air mani itu ikut meleleh bercampur dengan cairan keperempuanannya.
Setelah gelombang klimaks itu reda, Shena merasa badannya lemas kehilangan topangan, mungkin sudah roboh kalo saja tak didekap Pak Hamzah. Pak Hamzah menarik pinggan Shena seraya menjatuhkan diri ke kursi sehingga Shena pun mendarat di pangkuannya.
“Hebat Sher, makasih ya, kapan-kapan kita main lagi ok !” katanya sembari memeluk dan menciumnya.
“Huh, dasar gendut bokep, yang kaya gini jadi pengajar bukannya jadi germo, amit-amit deh !” omel Shena dalam hati.
Demikian setelah istirahat sebentar mereka bertukar pasangan dan pesta seks di kelas itu berlangsung lagi sampai jam lima lebih ketika langit mulai menguning. Mella akhirnya berhasil mengkatrol nilainya setelah membayar dengan badannya. Hari-hari berikutnya Pak Hamzah benar-benar puas mencicipi target-target Rozikin yang lain seperti heni, jese, dan Rasya. Target itu akan terus bertambah apalagi setelah kedua penjahat kelamin itu kini telah bersekongkol.
www.lisboa369.com
Kami melayani pembukaan akun sbobet,ibcbet,ioncasino,poker,tangkas
silahkan hubungi kami melalui:
Livechat : https://secure.livechatinc.com/licence/7243931/open_chat.cgi
Yahoo Messenger : cs_lisboa369@yahoo.com
Line : lisboa369
WeChat : Lisboa369
Pin bb : 2C061DC0
Skype : lisboa_369
WhatsApp : +66924855473
0 Response to " Petaka Kampus Cinta"
Posting Komentar