www.lisboa369.com -Alisya mematut diri di depan kaca cermin. Ini adalah hari yg paling di nantikannya, hari pernikahannya. Ada banyak alasan kenapa akhirnya dia bersedia menikah dgn Hendratmo. Dan seks adalah salah satunya, meskipun Hendratmo hanya mempunyai sebuah kemaluan yg kecil saja. Namun seks dgn lelaki lain menjadi jauh lebih menyenangkan meskipun sejak Hendratmo telah menyematkan sebuah liontin berlian di jarinya. Dia merasa bersalah dan membutuhkannya dalam waktu yg bersamaan, setiap kali dia merasakan liontin tersebut di jarinya saat lelaki lain sedang meyetubuhi kemaluannya yg dijanjikannya hanya untuk Hendratmo.
Alisya
Dia ingat saat malam dimana Hendratmo melamarnya. Dia tersenyum, mengangguk dan berkata “ya”, menciumnya dan menikmati bagaimana nyamannya rasa memakai liontin berlian yg sangat mahal tersebut. Dan setelah makan malam bersama Hendratmo itu, dia langsung menghubungi Edwart, begitu mobil Hendratmo hilang dari pandangan, mengundangnya datang ke rumah kontrakannya. Alisya menunggu Edwart dgn tanpa mengenakan selembar pakaianpun untuk menutupi tubuhnya yg berbaring menunggu di atas tempat tidurnya, liontin berlian yg baru saja diberikan oleh Hendratmo adalah satu-satunya benda yg melekat di tubuh telanjangnya.
Ada desiran aneh terasa saat matanya menangkap kilauan liontin berlian itu waktu tangannya menggenggam kemaluan gemuk Edwart. Tubuhnya tergetar oleh gairah liar saat tangannya mencakup kedua buah dadanya dgn air mani Edwart yg melumuri liontin itu. Dan klimaks yg diraihnya malam itu, yg tentu saja bersama lelaki lain selain tunangannya, sangat hebat – tangan yg tak dilingkari liontin menggosok klitorisnya dgn cepat sedangkan dia menjilati air mani Edwart yg berada di liontin berliannya. Dia menjadi ketagihan dgn hal ini dan berencana akan melakukannya lagi nanti pada waktu upacara perkawinannya nanti.
Saat ini, dia memandangi pantulan dirinya di dalam kaca cermin mengenakan gaun pengantinnya. Dia terlihat menawan, dan dia sadar akan hal itu. Alisya tersenyum. Dia membaygkan nanti pada upacara pernikahannya, teman-teman Hendratmo akan banyak yg hadir dan akan banyak lelaki lain yg akan dipilihnya salah satunya untuk memenuhu fantasi liarnya. Kemaluannya berdenyut, dan dia membaygkan apa yg akan dilakukannya untuk membuat hari ini lebih komplit dan sempurna, saat lonceng berbunyi nanti.
Saat dia membuka pintu, Bapak Hendratmo, Daniel, sedang berdiri di sana, bersiap untuk menjemputnya dan mengantarnya ke gereja. Alisya menarik nafas dalam-dalam. Dia tahu lelaki di hadapannya ini sangat merangsangnya – beberapa bulan belakangan ini dia telah berusaha untuk menggodanya, dan dia pernah mendengar lelaki ini melakukan masturbasi di kamar mandi saat dia datang berkunjung ke rumah Hendratmo, menyebut namanya. Alisya belum pasti apakah mudah nantinya untuk menggoda Daniel agar akhirnya mau bersetubuh dgnnya, tapi sekarang dia akan mencari tahu tentang hal tersebut. Dia tersenyum lebar saat menangkap mata Daniel yg manatap tubuhnya yg dibalut gaun pengantin ketat untuk beberapa saat.
“Bapak” tegurnya, dan memberinya sebuah ciuman kecil di pipinya. Parfumnya yg menggoda menyelimuti penciuman Daniel.
“Bapak datang terlalu cepat, aku belum siap. Tapi Bapak dapat membantuku.” Digenggamnya tangan Daniel dan menariknya masuk ke dalam rumah kontrakannya, tempat yg akan segera ditinggalkannya nanti setelah menikah dgn Hendratmo.
Daniel mengikutinya dgn dada yg berdebar kencang. Ini adalah saat yg diimpikannya. Dia heran bagaimana anaknya yg pemalu dan bisa dikatakan kurang pergaulan itu dapat menikahi seorang wanita cantik dan menggoda seperti ini, tapi dia senang karena nantinya dia akan mempunyai lebih banyak waktu lagi untuk berdekatan dgn wanita ini.
“Apa yg bisa ku bantu?”
Alisya berhenti di ruang tengahnya yg nyaman lalu duduk di sebuah meja.
“Aku belum memasang kaitan stockingku… dan sekarang, dgn pakaian ini… aku kesulitan untuk memasangnya.”
Suaranya terdengar manis, tapi matanya berkilat liar menggoda. Diangkatnya tepian gaun pengantinnya, kakinya yg dibungkus dgn stocking putih dan sepatu bertumit tinggi langsung terpampang.
“Bisakah Bapak membantuku memasangnya?”
Daniel ragu-ragu untuk beberapa waktu. Jantungnya berdetak semakin cepat. Apakah ini sebuah “undangan” untuk sesuatu yg lain lagi, ataukah hanya sebuah permintaan tolong yg biasa saja? Dia mengangguk.
“Oh, tentu…” dia berlutut di hadapan calon istri anaknya dan bergerak meraih kaitan stockingnya. Jemarinya sedikit gemetar saat Alisya dgn pelan mengangkat kakinya . Daniel berusaha untuk memasangkan kaitan stocking itu.
Alisya menggigit bibir bawahnya menggoda, dan lebih menaikkan gaunnya, menampakkan paha panjangnya yg dibalut stocking putih. Dia dapat merasakan sebuah perasaan yg tak asing mulai bergejolak dalam dadanya., sebuah tekanan nikmat yg membuat nafasnya semakin sesak, membuat nafasnya semakin memburu, dan membuatnya semakin melebarkan kakinya. Dia dapat merasakan cairannya mulai membasahi. Kaitan itu akhirnya terpasang di sekitar lututnya. Daniel menghentikan gerakannya, tak yakin apakah dia sudah memasangkan dgn benar.
“Bapak, seharusnya lebih ke atas lagi…” tangan calon Bapak mertuanya yg berada sedikit dibawah kemaluannya membuatnya menjadi berdenyut dgn liar.
Keragu-raguan itu hanya bertahan untuk beberapa saat saja. Tangan Daniel menarik kaitan itu semakin ke atas saat calon istri anaknya meneruskan mengangkat gaun pengantinnya semakin naik. Dia menelan ludah membasahi tenggorokannya yg terasa kering saat akhirnya kaitan itu terpasang pada tempatnya di bagian paling atas stockingnya. Dia yakin dapat mencium aroma dari kemaluan Alisya sekarang, yg membuat jantungnya seakan hendak melompat keluar dari dadanya. Tangannya berhenti, kaitan stocking itu melingari bagian atas paha Alisya… dan dia merasakan bagian gaun pengantin itu terjatuh saat Alisya melepaskan sebelah pegangannya untuk meraih bagian belakang kepEdwartya dan mengarahkan wajah Bapak calon suaminya mendekat ke kemaluannya, dan Daniel menemukan tak ada celana dalam yg terpasang di sana.
Alisya melenguh dan memejamkan matanya saat harapannya terkabul. Daniel tak memprotes atau menolaknya, lidahnya menjilat tepat pada bibir kemaluannya, dan Alisya semakin basah dgn cairan gairahnya. Dgn sebelah tangan yg masih menahan gaun pengantinnya ke atas, dan yg satunya lagi menekan wajah calon mertuanya ke kemaluannya yg terbakar, dia mulai menggoygkannya perlahan. Ini serasa di surga, dan menyadari apa yg diperbuatnya tepat di hari pernikahannya membuat tubuhnya semakin menggelinjang. Dia mengerang saat lidah Daniel memasuki lubangnya, dan lidah itu mulai bergerak, menghisap bibir kemaluannya, menjilati klitorisnya, wajah Daniel belepotan dgn cairan kewanitaan calon istri anaknya di ruang tengah rumah kontrakannya.
Semakin Alisya menggelinjang, semakin keras pula Daniel menghisapnya.
“Oh ya Bapak… jilat kemaluanku… buat aku klimaks sebelum aku mengucapkan janjiku pada putramu… kumohon…” perasaan salah akan apa yg mereka perbuat membuat Alisya dgn cepat meraih klimaksnya, dan hampir saja dia rubuh menimpa Daniel. Ini bukan seperti klimaks yg biasa diraihnya, ini seperti rangkaian ombak yg menggulung tubuhnya, merenggut setiap sel kenikmatan dari dalam tubuhnya.
Cairan Alisya terasa nikmat pada lidah Daniel, dia menjilat dan menghisap kemaluannya seperti seorang lelaki yg kehausan. Kemaluannya terasa sakit dalam celananya, cairan pre cum nya membasahi bagian depan tuxedonya.
Alisya kembali menggelinjang, lalu dgn pelan bergerak mundur, membiarkan gaun pengantinnya menutupi Bapak Hendratmo. Lalu dia membuka resleting di bagian belakang gaunnya dan membiarkannya jatuh menuruni tubuhnya. Dia melangkah keluar dari tumpukan gaun pengantinnya yg tergeletak di atas lantai, hanya mengenakan sepatu bertumit tingginya, bra, dan tentu saja stocking beserta kaitannya yg baru saja dipasangkan Daniel pada pahanya. Alisya tersenyum padanya, kemaluannya berkilat dgn cairannya.
“Aku akan ke kamar mandi untuk membetulkan make-up, kalau Bapak memerlukan sesuatu…” dia berkata dgn mengedipkan matanya. Daniel menatapnya melenggang dan menghilang di balik pintu, begitu feminim dan menggoda. Hanya beberapa detik kemudian dia menyusulnya.
Saat dia memasuki kamar mandi dan berdiri di depan sebuah kaca cermin di atas washtafel, dan sudah mengenakan sebuah celana dalam berwana putih. Daniel tahu kalau ini adalah salah satu godaannya yg manis, dan dia telah siap untuk bermain bersamanya.
Alisya melihatnya masuk, dan dgn sebuah gerakan yg cantik membuka lebar pahanya. Daniel melangkah ke belakangnya, mata mereka saling terkunci dalam masing-masing baygannya dalam kaca cermin. Tangan Daniel bergerak ke bagian depan tubuhnya, menggenggam buah dadanya yg masih ditutupi bra. Alisya tersenyum.
“Tapi Bapak, bukankah ini tak layak dilakukan oleh seorang Bapak calon pengantin pria?”
Daniel memandangi bagaimana bibir Alisya yg membuka saat bicara, mendengarkan hembusan hangat nafasnya, seiring dgn tangannya yg meremasi buah dadanya dalam balutan bra.
“Tak se layak apa yg akan kulakukan padamu.”
Alisya menggigit bibirnya dan mendorong pantatnya menekan kemaluannya yg mengeras.
“Aku nggak sabar,” bisiknya.
Sejenak kemudian Alisya merasakan tangan calon Bapak mertuanya berada di belakangnya saat dia melepaskan sabuk dan membiarkan celananya jatuh turun. Dgn mudah tangan Daniel menarik celana dalamnya ke samping. Alisya menarik nafas dalam-dalam saat dia merasakan daging kepala kemaluannya menekan bibir kemaluannya yg masih basah.. Dia mengerang dan memegangi tepian washtafel saat dgn perlahan Daniel mulai mendorongkan gagang kemaluan itu memasukinya. Alisya merasakan bibir kemaluannya menjadi terdorong ke dalam, merasakan dinding bagian dalamnya melebar untuk menerimanya.
“Apa ini terasa lebih baik dari kemaluan putaku?” Daniel tersenyum puas. Dia tahu se berapa ukuran kemaluan putranya, dan dia yakin kalau putranya mewarisinya dari garis ibunya. Kemaluan calon istri putranya terasa sangat menakjubkan pada gagang kemaluannya, dgn cepat dia sadar kalau dia layak untuk menyetubuhi calon menantunya lebih sering dibandingkan putranya. Dan dia mendapatkan firasat kalau dia bisa melakukannya kapanpun mereka memiliki kesempatan.
“Oh brengsek!!! Ya Bapak… ayo… beri aku yg terbaik untuk merayakan pernikahanku dgn putra kecilmu.” dia lebih membungkuk ke bawah, dan merasakan tangan Daniel pada pinggulnya. Dia mencengkeramnya dgn erat dan mulai memompanya keluar masuk. Mereka sadar akan terlambat menghadiri upacara pernikahan, tapi Daniel memastikan kemaluan sang mempelai wanita benar-benar berdenyut menghisap sehabis persetubuhan keras yg lama. Alisya mengerang dan menjerit dan bergoyg pada gagang kemaluan itu, mengimbangi gerakannya. Mereka saling memandangi baygan mereka berdua di dalam kaca cermin saat menyalurkan nafsu terlarang mereka.
Alisya merasa teramat sangat nakal, disetubuhi dgn layak dan keras oleh Bapak calon suaminya tepat sebelum upacara pernikahannya. Daniel merasakan kemaluannya mengencang pada gagang kemaluannya, dan kali ini, dia merasa seluruh tubuh Alisya mengejang sepanjang klimaksnya. Wanita ini adalah pemandangan terindah yg pernah disaksikannya, punggungnya melengkung ke belakang ke arahnya seperti sebuah busur panah yg direntangkan, matanya melotot indah, mulutnya ternganga dalam lenguhan bisu. Daniel bahkan dapat merasakan pancaran dari klimaksnya menjalari gagang kemaluannya saat dia tetap menyetubuhinya.
Dia telah membuatnya mendapatkan klimaks seperti ini selama tiga kali, hingga dia nyaris rubuh di atas washtafel, menerima hentakannya, kemaluannya hampir terasa kelelahan untuk klimaks lagi. Tapi Daniel tahu bagaimana membawanya ke sana.
“Kamu mengharapkan air maniku, iya kan, Alisya? Kamu ingin agar aku mengisimu dan membuat kemaluanmu terlumuri air maniku yg sudah mengering saat berjEdwart di altar pernikahanmu, benar kan wanita jalangku?”
“Oh ya… yaaa!” sang pengantin wanita mulai kesulitan bernafas, dan Daniel dapat merasakannya menyempit. Daniel melesakkan gagang kemaluannya sedalam yg dia mampu, dgn setiap dorongan yg keras, dan segera saja dia merasakan sensasi terbakar itu – dan dia tahu dia tak mampu menahannya lebih lama lagi. Tepat saat kemaluannya melesak jauh ke dalam kemaluan calon istri putranya, menyemburkan cairan air mani yg banyak ke dalam kandungannya, dia merasakan tubuh Alisya menegang dan klimaks untuk sekali lagi.
Dicabutnya gagang kemaluannya keluar, menyaksikan lelehan air mani yg mengalir turun di pahanya menuju ke kaitan stocking pernikahannya. Daniel tersenyum. “Aku akan menunggu di mobil, Alisya…”
Perlahan Alisya bangkit, masih menggelenyar karena sensasi itu, wajahnya memerah, lututnya lemah, kemaluannya berdenyut dan bocor.
“Mmm, baiklah Bapak.”
Dia memutuskan untuk melakukan “tradisinya” dan dan mengorek air mani Bapak Hendratmo dari pahanya dgn jari tangan kirinya yg dilingkari oleh liontin berlian pemberian Hendratmo.
Saat Daniel melihat mempelai wanita putranya masuk ke dalam mobil, sudah rapi dan bersih, terlihat segar serta berbinar wajahnya dan siap untuk upacara pernikahan, sedangkan baygannya yg terpantul dari kaca mobil adalah saat Alisya memandang tepat di matanya dan menjilat air maninya dari liontin berlian pemberian putranya…
Kami melayani pembukaan akun sbobet,ibcbet,ioncasino,poker,tangkas
silahkan hubungi kami melalui:
Livechat : https://secure.livechatinc.com/licence/7243931/open_chat.cgi
Yahoo Messenger : cs_lisboa369@yahoo.com
Line : lisboa369
WeChat : Lisboa369
Pin bb : 2C061DC0
Skype : lisboa_369
WhatsApp : +66924855473
0 Response to "Alisya Dan Calon Bapak Mertua"
Posting Komentar